Latihan Menulis 1


 Holaaa minna-San, apa kabar? gw bener-bener minta maaf karena baru sempat menulis lagi disini.

Sebenarnya, gw udah mempersiapkan beberapa draft, tapi sebelum mempostingnya gw pengen coba sedikit menantang diri untuk mengikuti semacam latihan menulis yang dibuat oleh kak Tika Widya Blog. 

Jadi selain tulisan tentang rekomendasi hiburan seperti yang biasa gw tulis, Gw juga akan menulis sesuai dengan tema yang diminta dalam latihan ini.

Bagi teman-teman yang tertarik, silakan mampir ke Tika Widya Blog ya. Dari 10 latihan yang ada, gw akan posting dua tema terlebih dahulu.

Selamat membaca.

Tema 1 : Kamar

Mata Laras membesar setelah melihat kamarku. Ekspresi wajahnya menunjukkan kalau kamar ini tidak sesuai dengan bayangan yang ada di kepalanya.

"Ras,Laras, sehat? Kamu gak sedang melihat sesuatu yang aneh kan?’’ tanyaku ragu-ragu. Tiba-tiba terpikir kalau ekspresinya itu memiliki sebab lain yang bisa jadi membuatku ketakutan nantinya.

‘’Oh tentu saja sehat dong, cuma agak kaget,’’

‘’Kaget kenapa? Padahal kamar ini biasa saja loh,’’

‘’Justru karena itu,’’

‘’Hah?’’

“Kamarmu ini ukurannya tidak terlalu besar dan nyaman,’’

‘’Benarkah?’’

‘’Iya, kupikir saat Kau bilang kamarmu tidak besar dan isinya biasa saja, Kau hanya merendah, ternyata tidak ya,’’ 

Deskripsi Laras sungguh membuatku tertawa, orang yang tidak mengenalnya mungkin akan berpikir kalau Ia sedang mengolok kamarku. Tapi sebagai orang yang berteman dan bicara dengannya setiap hari, Aku tahu kalau Ia hanya mengeluarkan isi pikirannya. Terkadang, Ia memang kesulitan mengatur kata-kata yang hendak diucapkan tapi Aku tahu Ia tidak bermaksud menyakiti dan akan merasa bersalah kalau sampai itu terjadi.

‘’Kau…tidak marah kan ya atas ucapanku? Aku tidak bermaksud meledek,’’

‘’Iya, Aku tahu kok, tapi kurasa ada baiknya juga kalau pilihan kosa katamu diperbanyak, Aku tahu sifatmu Laras, jadi terbiasa. Tapi orang lain belum tentu, mereka bisa saja memusuhimu karena salah paham,’’

‘’Tidak masalah,’’

‘’Hah?’’

‘’Kebanyakan dari mereka, hanya mau berteman denganku karena status, jadi tidak masalah kalau Mereka menganggapku sombong, yang penting Kau kan tidak begitu,’’

Ucapan Laras membuatku prihatin. Sebagai putri dari pengusaha sukses , memang banyak orang mendekati Laras karena menganggapnya seperti tokoh orang kaya di film yang memegang banyak uang dan suka mengajak temannya bersenang-senang. Padahal ia juga mendapat didikan untuk hidup hemat dan disiplin. Ia bahkan tidak boleh pergi sembarangan tanpa izin orang rumahnya kecuali dengan orang yang sudah dipercaya dan salah satunya adalah Aku.

‘’Sudahlah, tidak usah pikirkan hal itu, Aku akan belajar kapan harus mengeluarkan kata yang tepat untuk situasi kok. Kita bahas yang lain saja. Sejak tadi Aku penasaran dengan ini loh,’’ ucap Laras sambil menunjuk toples plastik scrub yang ada di atas meja belajarku.

‘’Oh itu, mau lihat isinya?ini harta karunku,’’ ucapku sambil mengedipkan mata.

‘’Harta karun?’’

‘’Iya, pasti walau Kau tuan putri, Kau tidak punya,’’ ucapku sambil membuka toples itu dan menunjukkan isinya pada Laras yang langsung heboh.

‘’Wah Kau benar ini harta karun,’’ ucap Laras gembira sambil mengulurkan tangannya dan memilih isinya.

‘’Kau benar-benar tidak boleh makan ini? Bukan karena ada masalah kesehatan kan?’’ seketika Aku ngeri kalau makan sesuatu di rumahku bisa membuatnya sakit.

‘’Tidak, hanya masalah pengaturan kandungan gizi makanan,’’

Sekali lagi, Aku memandangnya iba, padahal cokelat kiloan di rumahku adalah simpanan wajib supaya Aku dan adikku tidak sering-sering jajan sehingga uang saku cepat habis.

Sungguh Aku harus banyak bersyukur hal yang biasa bagiku ternyata merupakan harta karun bagi orang lain walaupun itu cokelat.

‘’Kau tidak bohong saat Kau bilang punya harta karun,’’ ucap Laras.

‘’Terima kasih,’’

‘’Tapi Kau tahu? Ada satu hal yang membuatku gemas pada kamarmu ini,’’

‘’Apa itu?’’

‘’Warnanya kenapa suram sekali sih?’’

Aku langsung melihat kamarku. Rasanya tidak ada yang aneh dengannya, tembok dengan warna putih yang sudah mulai mengelupas,lemari baju dan meja belajar yang terbuat dari kayu juga tempat tidur yang ukurannya tidak terlalu besar.

‘’Tolong jangan bandingkan dengan kamarmu yang katamu berwarna pink dan punya tempat tidur yang ditutupi tirai ya,’’ protesku sambil melempar wajahnya dengan bantal sambil tertawa.



Tema 2 : Mood

Siapa yang tidak mengenal menara Eiffel? Menara yang terletak di tepi sungai Seine ini merupakan ikon bagi negara Perancis. Menjadikannya sebagai salah satu lokasi yang wajib dikunjungi ketika berkunjung ke negara tersebut.

Aku sudah lama sekali  memimpikan untuk datang Ke Paris, Perancis. Negara yang begitu terkenal dengan seni,fashion sampai suasana romantisnya ini masuk daftar pertama sebagai negara yang ingin kudatangi ketika Aku dewasa, sudah bekerja dan memiliki uang sendiri untuk menikmati kehidupan sekaligus menghadapi  segala tantangannya dan akhirnya akan memulai hidup baru dengan seseorang.


Bukankah sempurna rasanya ketika Kau bisa datang ke tempat yang romantis bersama dengan orang yang istimewa? Itulah yang kupikirkan. Melihat menara ini kubayangkan dapat memberikan perasaan bahagia dihati.

Namun, sayangnya bukan itu yang kurasakan hari ini.

Banyaknya pasangan yang ada di wilayah itu sambil berpegangan tangan, berangkulan bahkan berciuman untuk difoto dengan latar belakang menara Eiffel makin menimbulkan rasa kosong dan hampa di hatiku.

Aku pernah membayangkan untuk melakukan hal serupa dengan para pasangan itu. Tertawa bahagia sambil mempersiapkan hari bahagia di lokasi impian. Tapi apa daya, impian itu hancur berkeping-keping ketika sosok yang kuharapkan akan menemaniku seumur hidup memilih pergi karena perbedaan pola pikir yang sebenarnya bagiku bisa dibicarakan.

Tidak pernah mudah bagiku yang seorang perempuan untuk mewujudkan mimpi di tengah tekanan orang lain bahkan termasuk keluarga. Apalagi jika impian itu terlihat kecil di mata orang lain.

Tapi tidak bagiku, membuat desain bukanlah hal kecil, melainkan sumber kekuatan yang bisa membuatku lupa akan masalah yang muncul disekelilingku. Sungguh membuatku menyerah pada mimpi itu adalah hal yang sangat menyakitkan.

Karena itulah ketika akhirnya Aku bisa berdiri disini, di tempat yang Aku inginkan. Aku mengingatkan diriku sendiri untuk kuat. Karena meski Aku kehilangan satu hal,Aku bisa mewujudkan mimpiku yang lain yaitu menunjukkan rancanganku pada banyak orang.


 



0 comments:

Post a Comment

Copyright 2009 Blue Dolphin. All rights reserved.
Free WPThemes presented by Leather luggage, Las Vegas Travel coded by EZwpthemes.
Bloggerized by Miss Dothy