My Favorite Performance from The First Take


Holaaaa, apa kabar lagi teman-teman semua? Semoga sehat dan bahagia selalu ya.


Kali ini mau bahas tentang performance favorit gw dari program The First Take.




Teman-teman tahu program tersebut? 


The First Take itu nama program musik di Youtube yang menampilkan penyanyi yang tampil hanya dalam satu kali take saja. 


Dengar-dengar sih ide konsepnya itu dari hidup yang cuma satu kali, makanya harus memanfaatkan kesempatan dengan sebaik mungkin.


Seingat gw, The First Take itu  hadir pertama kali di masa pandemi, sekitar tahun 2020-an lah ya.


Gw sendiri cukup suka dengan program ini meski nontonnya juga gak rutin. Apalagi beberapa artis favorit gw juga pernah tampil disini, tentu sayang dong untuk dilewatkan. 


Makanya hari ini, gw ingin membagikan performance The First Take yang jadi favorit gw dan sering gw tonton ulang. Siapa tahu bisa menambah referensi buat teman-teman yang ingin coba mendengarkan lagu Jepang.


Ingin tahu siapa saja mereka? Hajimemasyou 


  • Nishino Kana (Aitakute Aitakute) 


Pertama ada penampilan Nishino Kana atau Kanayan dengan salah satu lagu hitsnya, yaitu Aitakute Aitakute. Ini merupakan penampilan pertama Kanayan di The First Take, dan dia menampilkan Aitakute Aitakute dengan aransemen yang khusus dibuat untuk acara ini.


Jujur, gw sangat antusias menyaksikan penampilan Kanayan disini, apalagi tampilnya dengan membawakan salah satu lagu favorit. Aitakute Aitakute yang awalnya sudah terasa emosional ini jadi makin terasa mantap dengan aransemen khusus ini.



Kedua, ada Citrus dari Da-Ice. Inget banget kalau lagu ini memang tengah hits saat itu sejak jadi OST dorama Gokushufudo. Dan dengan tampilnya Da-Ice disini, jadi makin banyak yang kenal mereka, seneng banget deh.


Penampilan ini tuh mantep banget karena berbeda dengan musik aslinya. Musik asli lagu Citrus kan bisa dibilang sedikit menghentak ya. Nah, di The First Take, penampilan Citrus hanya diiringi piano yang otomatis bikin suara Shota dan Yudai makin menonjol.


Wah ini sih lagu yang bersejarah banget buat gw, secara merupakan salah satu lagu yang gw kenal di masa awal gw menyukai lagu Jepang.


Tentu senang banget dong Hikki (nicknamenya Utada Hikaru) menyanyikan lagu legend ini di The First Take. Suara unik Hikki disini makin membuat lagu ini terasa sendu dan emosional.



Wah ini sih salah satu lagu legend di dunia anime. Opening dari serial anime Digimon ini aslinya dibawakan oleh mendiang Wada Koji. Di versi The First Take ini l, Butterfly dibawakan secara kolaborasi oleh artis-artis yang sering mengisi lagu anime.

Asli, nonton perform ini tuh rasanya dibawa kembali di masa-masa antusias nonton Digimon di depan tv setiap minggunya. 


Oke segitu dulu ya pembahasan tentang penampilan favorit gw di acara The First Take, nanti akan gw tambahkan lagi.


Sampai disini dulu postingan kali ini. Terima kasih sudah mampir dan baca. Sampai ketemu di postingan berikutnya ya.








Playlist 32


 Holaaa 

Apa kabar teman-teman semua? Semoga sehat dan bahagia selalu ya di bulan Oktober ini. Kali ini gw pengen membagikan lagu apa saja sih yang sering ada di playlist on repeat gw. 


Siapa yang menantikan pembahasan ini? Sudah siap dong baca pembahasannya?


Jya, hajimemasyou 


  • Ta Bola Bale - Silet Open Up (feat. Jacson Zeran, Juan Reza & Diva Aurel)


Setelah Stecu Stecu, ternyata kuping gw juga cocok dengan lagu lain yang tengah trend yaitu Ta Bola Bale. Mungkin karena irama musiknya yang up beat tapi gak berisik dan easy listening, jadinya kuping gw mudah menerimanya.


Lagu ini bisa dibilang unik karena merupakan perpaduan dari Indonesia Timur dan Barat dimana liriknya merupakan gabungan dari bahasa Timur dan Minang. Musiknya juga mengajak bergoyang bahkan banyak yang ikut trendnya.


Ta Bola Bale bisa dibilang hits banget sih sampai-sampai waktu perayaan 17 Agustus di Istana, lagu ini juga dibawakan. Belum lama ini gw lihat, lagu ini juga dibawakan di Indonesia Paviliun di Osaka  


  • Hajimari no Uta  - GREEEN 


Selama ini, gw cuma mendengarkan satu lagu dari GREEEN yaitu Ai Uta, ternyata belum lama ini, gw secara gak sengaja dengar dan dibuat suka dengan lagu berjudul Hajimari no Uta. Lagunya gak terlalu ramai dan juga gak terlalu slow.


Musiknya sendiri ada nuansa sendu dan haru tapi gak mellow. Musiknya enak sampai bikin suka dalam sekali dengan dan langsung memasukkannya ke playlist.


  • Ai De Mo Fa- JIn Sha 



Sama seperti Hajimari no Uta, gw juga dengar lagu ini secara gak sengaja dan langsung dibuat suka sama irama musiknya yang lucu.


Musiknya tuh apa ya? Walau ada bagian yang terdengar sendu tapi bikin nyaman dan jadinya pengen sering dengar deh.


  • Pica Pica - Juan Reza

Selain Stecu Stecu dan Ta Bola Bale, ada satu lagi nih bernuansa Timur yang asyik menurut gw. Judulnya  Pica-Pica. Gw suka musiknya yang enak dan terdengar lucu.


  • No Other - Super Junior


Nah, kalau lagu ini, suka gara-gara lagi nonton program Dingo yang menghadirkan Super Junior. Karena merasa selama ini lebih kenal sosok SuJu sebagai orang kocak di variety show, pengen juga lihat mereka pas lagi nyanyi dan akhirnya dibuat demam sama lagu ini deh.

Lagunya simple, enak didengar dan punya nuansa sweet gitu.

  • 雪幻 ― winter dust - T.M Revolution


Pertama kali dengar lagu ini tuh waktu dinyanyikan Wakana yang yang jadi bintang tamu di acara TV yang dibawakan oleh T.M Revolution. Kesan sama lagu ini setelah dibawakan Wakana tuh sendu, sedih dan emosional gitu. Apalagi Wakana nyanyinya cuma diiringi piano, makin terasa sendu aja nih lagu seolah lagi jalan sendirian di bawah salju yang lagi turun.. Makanya jadi penasaran sama lagu versi aslinya.

Dan ternyata versi aslinya gak kalah emosional. Cuma karena diiringi band, lagu ini terasa lebih bergejolak gitu. Kalau dengar versi ini seolah bisa bayangkan orang yang tengah meluapkan emosi saat ada salju turun diiringi angin kencang.

  • Butter-Fly - Anisama Friends The First Take Version 


Bagi penggemar anime di tahun 90-2000an, lagu opening serial anime Digimon ini legend banget sih. Makanya seneng banget waktu lagu ini ditampilkan di The First Take oleh Anisama Friends yang terdiri dari sekumpulan penyanyi yang sering membawakan lagu untuk anime.

EPIC! (maaf capslock jebol) itu satu kata yang mewakili kesan gw terhadap perform ini. Rasanya kayak dibawa kembali ke masa dimana gw menantikan Digimon di TV atau nonton ulang di VCD (ups ketahuan deh umur wkwkwkwkwk) 

Dan, tambah senang lagi waktu ada versi audionya juga. Jadi bisa lebih sering di dengar deh.

  • Endless Love - Jackie Chan feat Kim Hee Sun


Sebagai orang yang mengaku sebagai penggemar Jackie Chan, kaget juga waktu tahu kalau ternyata beliau pernah duet dengan aktris Korea Kim Hee Sun. Jadi mereka berduet dalam lagu berjudul Endless Love yang dipakai sebagai OST film The Myth.


Lagunya enak, lembut dan sendu. Seolah menggambarkan cinta yang sangat dalam sampai bikin hati sakit (asyik gak tuh perumpamaan gw?).


Tipe lagu yang bikin kuping gw jatuh cinta dalam sekali dengar.  


Nah itulah dia beberapa lagu yang nongkrong di playlist on repeat gw. Memang bukan semuanya lagu baru sih, tapi lagu-lagunya easy listening menurut gw.


Kalau teman-teman belakangan ini lagi suka lagu apa? Komentar ya 


Sampai disini dulu postingan kali ini, terima kasih sudah mampir dan baca.


Sampai ketemu di postingan berikutnya ya.



Spoiler Alert!! Detective Conan Movie : One-Eye Flashback





Tahun ini, bisa dibilang sebagai tahun yang istimewa bagi gw, dan juga mungkin bagi penggemar Detective Conan, yang menunggu film ke-28 rilis di Indonesia.


Kenapa begitu? Soalnya, hati ini dibuat merasakan berbagai macam emosi dulu sebelum bisa nonton filmnya .


Mulai dari penasaran waktu nonton trailernya, gelisah menunggu kabar kapan filmnya rilis di Indonesia, dibuat senang bukan main waktu ada event Collaboration cafe dengan tema Conan untuk pertama kalinya di Indonesia sampai dibikin geregetan waktu dapat kabar kalau waktu rilis film yang awalnya sudah diumumkan di bulan Juni/Juli, mundur cukup lama ke bulan September. 


Kabar ini tentu sangat menguji kesabaran, secara di Jepang, Detective Conan movie itu selalu rilis bulan April setiap tahunnya. Jadi rilis di bulan Juli atau Agustus seperti biasanya saja sudah terasa cukup lama dan bikin rasa penasaran menumpuk. Eh, ternyata  untuk tahun ini malah penantiannya lebih panjang.


Namun, sesuai dengan kata bijak yang menyatakan kalau kesabaran itu berbuah manis, begitu jugalah yang terjadi untuk para penggemar Conan, karena tanpa diduga. banyak juga kejutan yang mengikuti rilisnya One-Eye Flashback.


Misalnya, diadakannya fans-screening sampai dua kali (dengan voice message dari Takayama Minami, seiyuu Conan dan Koyama Rikiya, seiyuu Kogoro). Lalu diputarnya Conan di IMAX untuk pertama kalinya, diadakannya rally stamp, pembagian poster yang berbeda di setiap jenis bioskop sampai paket pembelian popcorn berisi Collectible Card.


Gw sendiri kebetulan baru sempat ikut mengumpulkan satu stempel untuk stamp rally. Tapi, bagi gw yang penting itu adalah rasa penasaran gw akan filmnya  terbayarkan. Makanya sekarang gw pengen berbagi kesan gw  ke teman-teman.


Oh iya, disclaimer dulu ya, pembahasan filmnya kemungkinan akan memberi spoiler, Jadi bagi teman-teman yang belum nonton dan tidak mau kena spoiler, bahkan yang tipis sekalipun, harap hati-hati ya ^_^


Sudah siap menyimak? Hajimemasyou.


Film One-Eye Flashback dibuka dengan adegan flashback yang terjadi 10 bulan sebelum kasus Furinkazan (episode 516-517 di serialnya). Tepatnya ketika Inspektur Yamato Kansuke mengejar pelaku kejahatan di tengah gunung salju. Disini, Kita bisa lihat penyebab Inspektur dari Nagano tersebut terluka parah dan kehilangan salah satu penglihatannya.


Adegan pun berpindah ke masa kini, tepatnya di rumah keluarga Mori yang sedang siap-siap untuk makan malam.

 

Di tengah ramainya situasi persiapan tersebut, Mori Kogoro mendapat telepon dari Wani. Wani  adalah rekan Kogoro ketika masih menjadi Polisi. Tujuan Wani menelepon Kogoro adalah mengajaknya bertemu untuk membicarakan sesuatu yang memiliki hubungan dengan kejadian yang dialami Inspektur Yamato.


Sayangnya, belum sempat pertemuan itu terjadi, Wani tewas ditembak orang tak dikenal di hari seharusnya mereka bertemu. 


Hal ini tentu memancing emosi Kogoro. Ia pun langsung memaksa Takagi dan Sato untuk mengizinkannya  ikut melakukan penyelidikan ke Nagano.


Conan pun tidak tinggal diam dan membatalkan rencananya untuk nonton pertandingan bola bersama Ran. Mereka berdua akhirnya pergi ke Nagano tanpa sepengetahuan Kogoro dan bertemu dengan grup Detektif Cilik dan Profesor Agasa yang sedang jalan-jalan ke observatorium di gunung salju.


Bantuan juga datang dari trio kepolisian Nagano yaitu Kansuke, Yui dan Komei serta Biro Keamanan Publik meski tidak secara langsung. 


Dengan dukungan yang mantap itu, berhasilkah Conan membantu Mori Kogoro menemukan pembunuh temannya? Lalu, apa yang sebenarnya hubungan Yamato Kansuke dengan kejadian ditembaknya Wani?


Jawabannya bisa teman-teman temukan di bioskop terdekat yaaaa. 


Dan sementara teman-teman menuju bioskop, gw akan menuliskan kesan gw disini ya wkwkwkwkwkwk.


Menurut gw, Detective Conan Movie: One Eye Flashback adalah film Conan yang terasa sedikit berbeda dari biasanya tapi tetap asyik buat ditonton.


Hal yang paling bikin gw merasa film ini beda adalah berkurangnya porsi adegan kurang masuk akal yang biasa dilakukan Conan. 


Tentu tetap ada adegan yang sudah jadi khas Conan, tapi skala tidak masuk akalnya adegan tersebut menurut gw tidak se “wow” biasanya 😆.


Sebagai gantinya, Kita bakal disuguhi  adegan kejar-kejaran dan tembak menembak yang sering ada di film bertema polisi.


Mungkin karena fokus film ini lebih ke karakter polisi, jadi adegan action yang ditampilkan juga dibuat lebih realistis ya.


Tapi menurut gw, adegan actionnya seru kok, apalagi latarnya itu ada di gunung salju. Jelas medan yang sangat menantang buat para jagoan kita dan bikin film ini terasa lebih asyik untuk ditonton.


Point tidak biasa lain yang gw temukan adalah porsi Conan yang rasanya tidak semenonjol di film lainnya. Tentu, sebagai tokoh utama, Conan tetap dapat moment bersinar. Tapi karena fokus Conan adalah membantu Kogoro, Kita akan lebih banyak disuguhkan adegan Conan mengumpulkan informasi alih-alih mencoba menyelesaikan  kasus yang sering dibuka dengan kata ‘’alele’’ itu wkwkwkwkwk.


Hal ini tentu membuat karakter lain mendapat kesempatan untuk bersinar. Di film ini, porsi lebih diberikan kepada trio Nagano yaitu Kansuke, Yui dan Koumei serta Kogoro yang sepanjang film tampil serius tanpa tidur.


Cuma, gw punya sedikit unek-unek tentang bagian ini karena fokus karakter jadi agak terasa samar bagi gw.


Maksudnya, dari sinopsis dan promo film, gw berpikir kalau Kogoro akan menjadi fokus utama dengan trio Nagano sebagai karakter yang dapat porsi lebih untuk membantu beliau.


Tapi setelah nonton, gw malah jadi merasa kalau Kogoro hanya merupakan pancingan untuk menceritakan apa yang terjadi pada Kansuke. Jadinya batin ini sempat mempertanyakan siapa sebenarnya karakter yang film ini inginkan untuk jadi fokus utamanya wkwkwkwk.


Sebenarnya, mungkin gw yang harus membiasakan diri. Karena gaya bercerita film Conan beberapa tahun ini memang seperti itu. 


Cuma bagi gw, gaya seperti ini bikin beberapa moment yang harusnya meninggalkan kesan yang kuat, malah jadi kurang terasa (ups hampir spoiler, tahan-tahan).


Faktor lain yang juga membuat film ini asyik ditonton bagi gw adalah cerita dan misteri yang disajikan. 


Menurut gw, ceritanya asyik karena bisa nyambung dengan masa lalu Kansuke yang belum diceritakan di seriesnya. Misterinya juga tidak terasa maksa sehingga selama nonton, gw gak mikir “loh kok ini tiba-tiba begitu?” 


Point lain yang bikin gw makin menikmati film ini adalah kembali munculnya Takagi dan Sato bersama dalam satu film. Ini merupakan pertama kalinya sejak film  The Bride of Halloween.


Memang sih, porsi mereka lebih ke support character, beberapa orang mungkin menganggap  mereka hanya sekedar tempelan. Tapi buat gw, keberadaan Takagi dan Sato sepanjang film tuh sudah pas dan bikin senang.


Terima kasih sudah menghadirkan couple kesayangan gw ini. Berharap banget mereka akan dapat porsi dan moment yang lebih mantap di film-film selanjutnya.



Kesimpulannya, meski ada point yang sedikit gw sayangkan, tidak mengubah pemdapat gw kalau One-Eye Flashback merupakan film yang menyenangkan untuk ditonton. Gw memang menaruh ekspektasi terhadap film ini karena di seriesnya, episode yang menghadirkan kepolisian Nagano itu bagus dan seru.

Syukurlah, ekspektasi itu terjawab dengan baik. Mulai dari misteri, aksi, komedi, romance tipis-tipis tapi manis, semua diramu menjadi tontonan yang apik dan menghibur.


Oh iya, untuk OST-nya, movie tahun ini diisi oleh KingGnu lewat lagu berjudul Twilight. Lagunya cukup asyik meski belum bisa menggeser posisi top 5 OST Conan Movie favorit gw.


Okelah, karena tulisan gw sudah cukup panjang dan khawatir berujung dengan semakin banyaknya spoiler yang terbuka, gw sudahi postingan kali ini sampai disini dulu ya.


Terima kasih buat yang sudah mampir dan baca.


Sampai ketemu di postingan selanjutnya 😄😄😄


P.S: yang sudah nonton filmnya boleh banget loh berbagi kesan di kolom komentar. Jangan malu-malu ya 😆😆














  




Law and the City


 Holaaaa, apa kabar semuanya? 


Bulan Agustus bisa dibilang bulan yang cukup berat ya buat Kita semua. Jujur, gw agak bingung apakah ini sudah jadi saat yang tepat untuk update blog ini lagi. Secara, postingan gw lebih bersifat hiburan, khawatir juga kalau isinya akan kurang cocok untuk situasi yang terjadi belakangan ini.


Tapi pada akhirnya gw memutuskan untuk posting lagi, dengan pertimbangan kalau dalam situasi sekarang ini, dibutuhkan juga tulisan ringan sebagai selingan atau hiburan. Bagi gw sendiri, menulis juga menjadi sarana buat mengeluarkan isi hati dan kepala supaya tidak terlalu penuh dan penat.


Maka dari itulah, gw akan mulai posting lagi sambil tetap berharap kalau situasi bisa menjadi lebih baik di negeri ini.


Sebagai pembuka postingan di bulan September ini, yang juga kemarin itu adalah ulang tahun Lee Jong Suk dan juga anniversary ke-20 dari grup AAA, gw ingin bahas soal drakor yang belum lama ini gw tamatkan nih. Judulnya Law and the City yang dibintangi oleh Lee Jong Suk dan Moon Ga Young. 







Gw sangat antusias nunggu drama ini dari sebelum tayang. Secara ini merupakan comeback Jong Suk ke layar TV setelah Big Mouth (yang belum gw tonton juga sampai sekarang) 3 tahun lalu.


Lalu apa sih cerita dari serial Law and the City ini?

Serial Law and the City mengisahkan tentang kehidupan dari 5 orang pengacara. Pertama, ada Ahn Ju Young, pengacara yang sudah berkecimpung di dalam dunia hukum selama 9 tahun. Pengalaman yang Ia dapatkan selama kurun waktu tersebut membuat Ahn Ju Young menjadi orang yang dingin, kaku dan sangat realistis.

Bagi Ahn Jo Young, klien hanyalah orang yang perlu dia bela tanpa harus ikut terlibat secara emosional. Hal inilah yang bikin dia sering berdebat dengan Kang Hee Ji.

Kang Hee Ji merupakan pengacara baru di antara kelima tokoh utama. Ia punya empati tinggi dan tidak merasa keberatan untuk dekat dengan kliennya. Bagi Kang Hee Ji, membela klien perlu dilakukan dengan sepenuh hati. Hal ini bikin Hee Ji sering beda pendapat dengan Jo Young yang memang lebih realistis.

Meski begitu, Hee Ji adalah orang yang mau mengakui kelebihan orang lain dan selalu ceria serta memberikan vibe yang positif bagi orang di sekitarnya.

Cho Chang Won merupakan karakter yang paling ceria diantara kelimanya. Ia akan sangat bersemangat ketika mereka berlima berkumpul. Tapi kalau dibandingkan dengan teman-temannya, Cho Chang Won ini paling mengelus dada soal pekerjaan. Dia sering diremehkan oleh bosnya, juga sering diberi kasus yang bikin hati nuraninya terusik. 

Meski begitu, Ia adalah karakter yang akan berusaha keras melakukan apa yang memang sudah Ia niatkan.

Bae Mun Jeong adalah satu-satunya perempuan di grup ini sebelum Hee Ji datang. Orangnya selalu penuh semangat dan terlihat seperti leader bagi mereka. 

Mun Jeong sangat suka makan dan nyemil, bikin dia selalu jadi andalan untuk menemukan tempat makan bagi mereka berlima. Mun Jeong adalah contoh perempuan yang harus bertarung dengan kenyataan dimana perempuan yang sudah menikah harus mengalami yang namanya dilema antara pekerjaan dan keluarga.

Terakhir, ada Ha Sang Gi, pengacara yang juga memiliki blog pribadi berisi foto-foto makanan yang dimakan bersama teman-temannya. Sepintas, Ia cuma terlihat memikirkan diri sendiri dan uang. Tapi seiring berjalannya cerita, Kita bisa lihat kalau Ia adalah pribadi yang hangat dan setia kawan.

Kecuali Ahn Jo Young dan Bae Mun Jeong, mereka adalah pengacara dari firma hukum berbeda yang kebetulan ada di gedung yang sama. Namun sejak penggabungan firma, mereka pun menjadi rekan kerja yang kadang harus bekerja sama.

Bagaimanakah kisah kelima pengacara ini menghadapi pekerjaan mereka?

Jawabannya tentu akan berbeda bagi setiap orang. Tapi kalau buat gw pribadi, kisah drama ini bisa membuat gw penasaran untuk menanti episode baru setiap minggunya.

Memang kalau dibandingkan drama yang memiliki tema hukum yang pernah gw tonton sebelumnya, semacam I Can Hear Your Voice atau While You Were Sleeping (yang juga dibintangi Jong Suk), drama ini bisa dibilang sangat ringan karena lebih menonjolkan tentang kehidupan para pengacara dibandingkan dengan kasus hukum yang mereka hadapi.

Hal ini bikin gw menemukan gak sedikit komentar yang bilang drama ini bikin bosan atau ngantuk. 

Lalu kalau begitu, apa kelebihan drama ini yang bikin gw tetap penasaran dan tertarik nonton?

Pertama, cerita yang ringan adalah jawabannya. Seperti yang gw bilang, Law and The City lebih menonjolkan kisah kehidupan sekelompok orang-orang yang berprofesi sebagai pengacara. Sehingga bisa dibilang, Kita sebagai penonton tidak dibuat ikut banyak mikir waktu nonton. 

Kedua, karakter yang relate. Bagi gw, menonton Law and The City seolah melihat cerminan kehidupan pekerja di kehidupan nyata. Gw yakin kalau di luar sana ada pekerja yang seperti  Joo Young yang hanya ingin bekerja dengan nyaman tanpa banyak drama, bekerja dengan sepenuh hati seperti Hee Ji, sering mengelus dada seperti Chang Won, bekerja karena uang seperti Sang Gi atau yang memang sangat menyukai pekerjaannya meski harus menghadapi banyak tantangan seperti Mun Jong.

Untuk gw sendiri bagian yang bikin merasa relate adalah waktu mereka makan bersama. Hal yang paling membuat gw merasa relate dengan adegan yang paling banyak muncul di serial ini adalah gw sadar meski suka dengan apa yang gw lakukan dan menikmati hari-hari ketika bekerja, gw tetap juga bisa merasa lelah maupun jenuh.

Dan waktu yang paling bisa dimanfaatkan untuk istirahat dan santai sejenak selain waktu ibadah adalah waktu makan bersama teman. Waktu ini bisa dibilang berharga, karena seperti di serialnya, ada kalanya Kita tidak bisa makan bersama teman karena urusan kerja, makanya waktu ini tuh berharga dan perlu dinikmati juga. Makanya bagi gw adegan inilah yang paling relate.





Point ketiga yang bikin serial ini menarik menurut gw adalah romance tipis tetapi manis yang disuguhkan. Agak beda dari kebanyakan drama yang gw tonton, Kisah Ahn Jo Yong dan Kang Hee Ji sebenarnya sudah dimulai beberapa tahun sebelum kisah utama dimulai. Hal ini bikin gw penasaran dengan apa yang terjadi pada mereka di masa lalu dan bagaimana kisah mereka akan bersemi di masa kini.

Memang, kisah percintaan mereka gak bisa dibilang banyak munculnya, tetapi sekalinya ada bikin ikut senyum-senyum sih. Bravo buat chemistry Lee Jong Suk dan Moon Ga Young.

Kesimpulannya, serial ini cocok dinikmati oleh teman-teman yang suka kisah ringan dan gak terlalu fokus ke percintaan. Buat penggemar Jong Suk (kaya gw) ini juga jadi comeback yang menyenangkan sih.

Sekali lagi, gw ingin mengucapkan ulang tahun untuk Lee Jong Suk, aktor Korea yang berhasil memikat gw dengan aktingnya sejak gw nonton Pinocchio. Semoga mas yang satu ini sehat dan bahagia selalu serta bisa dapat project yang seru dan menyenangkan terus ya.

Oke, sampai disini dulu ya tulisan gw kali ini, terima kasih buat yang sudah mampir dan baca.

Sampai ketemu di postingan selanjutnya. 


My Daughter is A Zombie


 Yuhuuuu tanpa terasa sudah masuk bulan Agustus nih. Maafkan diri yang masih belum bisa konsisten memperbarui blog ini.


Jadi sekarang gw mau nulis sesuatu yang istimewa yaitu review dari film Korea yang berjudul My Daughter is a Zombie.


Kenapa review ini istimewa? karena gw berkesempatan untuk nonton duluan sebelum filmnya rilis di bioskop tanggal 8 Agustus nanti hohohohoho.





Semua ini berkat teman yang ngajak ikutan giveaway tiket acara special screening. 


Seperti banyak cerita dimana orang yang coba-coba ikut malah yang dapat, itulah yang terjadi sama gw hehehehehe.


Jadilah gw nonton bersama teman dan pengen membagikan review film ini sebagai kenang-kenangan.

Sudah siap? Jya hajimemasyou


Film dibuka dengan adegan Lee Jung Hwan yang diperankan oleh Jo Jung Seok mengendarai motor di sebuah pedesaan. Ia kemudian sampai di sebuah rumah dan memanggil Soo-Ah yang bisa Kita tahu adalah anaknya.


Namun, Kita akan diberitahu sebuah fakta mengejutkan yaitu Soo-ah ternyata merupakan zombie, lebih tepatnya satu-satunya zombie yang tersisa di Korea.


Adegan pun mundur kebelakang ketika semua masih baik-baik saja di hari ulang tahun Soo-Ah. 


Jung Hwan menjalani pekerjaan sebagai pawang harimau sementara Soo-Ah sibuk latihan dance lagu No.1 milik Boa untuk kompetisi dance.


Siang harinya, mereka pun merayakan ulang tahun Soo-Ah secara sederhana tapi hangat.


Namun, suasana tersebut berubah menjadi mencekam ketika Jung Hwan dan Soo-Ah melihat tetangga tiba-tiba sudah berubah menjadi zombie dan siap menyerang mereka. 


Jung Hwan dan Soo-Ah pun berusaha kabur untuk pergi ke rumah ibu Jung Hwan yang jauh di desa.


Sayangnya, disaat mereka hampir berhasil kabur menggunakan mobil, Soo-Ah tergigit dan berubah juga menjadi zombie.


Jung Hwan  awalnya putus asa atas situasi yang menimpa putrinya dan hampir saja melakukan hal yang gegabah. Tetapi ketika sadar kalau ada kemungkinan Soo-Ah masih bisa kembali seperti semula, Ia pun melakukan segala cara untuk mewujudkannya. Usahanya tersebut dibantu sahabatnya, ibunya bahkan kucing peliharaannya.


Cara apa yang dipikirkan Jung Hwan? Apakah Soo-Ah bisa kembali lagi jadi manusia? 


Jawabannya bisa teman-teman temukan tanggal 8 Agustus nanti di bioskop terdekat ya (Kaburrrr) 


Wets, tenang dulu. Gw masih disini kok buat membagikan kesan tentang film ini 😆😆. Jangan khawatir, gw sangat berusaha untuk tidak spoiler supaya tidak merusak kesenangan teman-teman waktu nonton nanti.


Sebelumnya gw mau bilang kalau gw bukanlah penggemar film zombie sama sekali. Faktor yang bikin gw tertarik ketika diajak teman buat ikut kuis nonton film ini adalah karena lihat trailernya yang lucu.


Dan syukurlah, pikiran tersebut tidak meleset karena My Daughter is a Zombie justru merupakan film yang menyenangkan buat ditonton.


Selama ini, gw kurang tertarik menonton film zombie karena selalu menawarkan suasana tegang akibat tokoh utamanya yang diceritakan berusaha untuk bertahan hidup dari serangan zombie. 


Tapi selama menonton film ini, gw sama sekali gak merasakan tegang. Memang sih, ada adegan khas film zombie, tapi cuma sedikit dan tetap ada bumbu komedi yang akhirnya bikin gw sakit perut karena banyak tertawa.


Ya, jualan utama film ini memang bukan pertarungan manusia melawan zombie, tetapi justru usaha manusia, dalam hal ini Jung Hwan untuk ‘’akrab’’ dengan zombie yang tidak lain putrinya sendiri dalam rangka berusaha mengembalikannya menjadi manusia.


Hal tersebut bikin My Daughter is a Zombie bukan hanya menjadi film yang menyajikan adegan lucu saja tetapi juga bisa menyuguhkan adegan kekeluargaan yang membuat hati penonton tersentuh.


Semua itu bisa terjadi berkat akting yang kece abis dari para pemerannya. Sulit banget buat menentukan karakter yang memberikan kesan mendalam. Tapi kalau gw diharuskan memilih, tanpa bermaksud mengecilkan aktor lain, gw akan menunjuk Jung Hwan yang diperankan Jo Jung Seok dan Soo-Ah yang diperankan Choi Yu-Ri. Akting keduanya berhasil banget bikin gw tertawa dan terharu sekaligus.


Oh dan jangan lupakan Meowmeow, kucing orange gembul peliharaan Jung Hwan dan Soo-Ah yang hobinya rebahan sambil nonton TV tapi ternyata ekspresif ini juga merupakan favorit gw. wkwkwkwkwkwk.


Kesimpulannya sih, bagi penggemar Jo Jeung Suk, gw rasa film ini akan sangat sayang untuk dilewatkan. Teman-teman yang suka film komedi juga gw rasa akan menikmati film ini. Bagi teman-teman yang suka film zombie juga tidak ada salahnya mencoba nonton karena bisa melihat sisi lain dari sosok zombie yang selama ini muncul di film.


Okelah sampai disini dulu ya review gw tentang film My Daughter is a Zombie. Sekali lagi gw berterima kasih sama teman gw yang mengajak ikut Giveaway dan tentu saja Primacinema yang sudah memberi gw tiketnya.

Terima kasih sudah mampir dan baca review gw kali ini, sampai ketemu di postingan berikutnya dan jangan lupa nonton filmnya di bioskop mulai tanggal 8 Agustus ya ^_^




 


Ameku Takao no Suiri Karte


 Hola, Hola Minna-san, apa kabar semua? Semoga sehat dan bahagia selalu ya.


Di kesempatan kali ini, gw ingin membahas dorama atau serial drama Jepang  yang baru saja gw tamatkan. Judulnya adalah Ameku Takao no Suiri Karte yang dibintangi oleh Hashimoto Kanna dan Miura Shohei.





Sesuai judulnya,dorama ini bercerita tentang keseharian Ameku Takao, dokter bertubuh imut yang memiliki kecerdasan luar biasa. Dengan kemampuannya tersebut, Takao tidak hanya selalu bisa mendiagnosis penyakit pasien, ia bahkan membantu polisi untuk memecahkan kasus yang sulit.


Dorama Ameku Takao no Suiri Karte dibuka dengan adegan Ameku Takao yang diperankan Kanna sedang ada di dalam rapat dokter di rumah sakit bernama Tenikai. Di sana, Takao tampak sedang mengkritik cara kerja dokter yang monoton dan terlalu template.  Hal ini  tentu saja memancing amarah dari kebanyakan dokter yang ada disana.


Suasana gaduh berakhir ketika kakak Takao, Mazuru muncul dan hendak mengajak Takao bicara. Hanya saja, Takao yang terlihat takut serta lapar akhirnya memilih kabur hingga terjadilah kejar-kejaran antara dua saudara itu.


Mazuru berhenti mengejar Takao ketika melihat Takanashi Yu, dokter yang baru saja tiba di Tenikai dan hendak menuju ke departemen diagnostik umum. Mazuru kemudian memberitahu Takanashi kalau departemen yang akan dia datangi itu dikepalai oleh Takao yang ternyata juga merupakan wakil direktur rumah sakit tersebut.


Karena tahu Takao akan merasa tidak nyaman dengan kehadirannya, Mazuru pun mempersilakan Takanashi untuk masuk sendiri ke bangunan yang ada di atap rumah sakit. Bangunan yang bisa dibilang unik itu merupakan tempat Takao bekerja sekaligus tinggal.


Kesan pertama Takanashi terhadap Takao bisa dibilang kurang baik karena dia sangat terkejut dengan sifat Takao yang tidak peka dan sangat blak-blakan. Takao bahkan dengan seenaknya memanggil Takanashi dengan sebutan Kotori karena kanji namanya wkwkwkwkwkwk.


Tapi akhirnya keduanya pun harus menjadi partner yang bekerja sama untuk menyelamatkan pasien sekaligus membongkar misteri yang sering membuat Takao penasaran.


Seperti apakah Takao memanfaatkan kecerdasannya? Bagaimana jugakah hari-hari Kotori berada di Departemen Diagnostik Umum bersama Takao? Bagaimana juga kesan gw setelah menonton doramanya?


Sebagai informasi, gw menamatkan versi animenya lebih dulu sebelum nonton versi dorama ini. Dan kesan gw terhadap versi dorama ini bisa dibilang sama seperti kesan terhadap animenya yaitu menyenangkan buat ditonton.


Dorama ini bisa dibilang punya hal yang gw suka seperti cerita misteri ala detektif, unsur komedi serta karakter unik yang tentunya membuat gw semakin enjoy waktu nonton.


Oh, Gw juga suka banget sama akting dari dua pemeran utamanya, Hashimoto Kanna yang memerankan Takao dan Miura Shohei sebagai Kotori. Menurut gw Kanna berhasil banget memerankan Takao yang jenius, blak-blakan, tidak peka, suka makanan manis,  tapi takut sama kakaknya ini dengan baik. Kelakuannya kadang memang bikin geleng-geleng bahkan kesel karena suka seenaknya tapi lama-lama Kita tetap mengakui kalau dia ini memang berusaha keras dan mampu  menyelamatkan pasien yang membutuhkan.


Tapi yang paling menarik perhatian gw adalah akting Miura Shohei yang menurut gw dapet banget aktingnya sebagai Takanashi Yu alias Kotori. Berbanding terbalik dari Takao, Kotori adalah cowok yang peka dan bisa memahami orang lain. Sehingga bisa dibilang, Ia harus lebih banyak bersabar dan pasrah menghadapi Takao. Tapi di satu sisi, Kotori juga merupakan sosok penyeimbang yang sering mengingatkan Takao kalau ia sudah kelewatan meski seringnya sih gak didengar. 


Sehingga bisa dibilang kombinasi duo Takao dan Kotori ini adalah pemancing munculnya situasi komedi karena bertolak belakangnya sifat keduanya.


Terdapat beberapa perbedaan antara versi dorama dan animenya. Misalnya dari kasus yang dibahas, ada kasus yang tidak ada di anime. Selain itu gw merasa kalau versi dorama ini justru lebih kuat di unsur komedinya sementara versi anime lebih kuat di unsur misteri. Kebiasaan Takao yang sering jatuh juga seinget gw gak ada di animenya.


Meskipun begitu bagi gw, keduanya menarik untuk ditonton dan bisa saling melengkapi.


Ada fakta menarik juga nih dari dorama ini, yaitu mereka menghadirkan seiyuu dari Ameku Takao versi anime  di episode perdananya, Lucu ya, seiyuu ketemu dengan pemeran karakter di versi dorama.


Kesimpulannya sih, bagi gw dorama ini tidak kalah menarik dengan animenya dan cocok dinikmati oleh teman-teman yang suka dorama dengan cerita detektif yang  punya unsur komedi.


Okelah, sampai disini dulu ya postingan kali ini. Terima kasih buat yang sudah mampir dan baca.


Sampai ketemu di postingan berikutnya.


Copyright 2009 Blue Dolphin. All rights reserved.
Free WPThemes presented by Leather luggage, Las Vegas Travel coded by EZwpthemes.
Bloggerized by Miss Dothy